SukuBadui (Bedoin) atau suku penghuni gurun, bisa ditemukan di Saudi Arabia. Suku ini menjelajahi gurun sambil menggembala hewan termasuk kambing dan unta. 57. Berburu dengan burung elang adalah olahraga tradisional di Saudi Arabia. 58. Saudi Arabia mulai membangun tembok perbatasan untuk menghindari kerusuhan dengan Yaman. 59.
Sukuorang Darat, kelompok suku asli di Batam, nyaris punah. Kompas dikenal sebagai sumber informasi tepercaya, akurat, dan mendalam. @hariankompas . @hariankompas . @hariankompas . Harian Kompas . Kantor Redaksi . Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28, DKI Jakarta, Indonesia 10270 +6221 5347 710 +6221 5347 720 +6221 5347 730
Duasuku yang tetap setia, suku Yehuda dan suku Benyamin, membentuk kerajaan mereka sendiri di Selatan (kerajaan Judah). Selama dua ratus tahun berikutnya, kerajaan-kerajaan ini kadang-kadang bergabung untuk melawan penjajah, tapi cukup sering mereka saling bertikai (2 Raja-raja dan 1&2 Tawarikh).
Lokasikedai di Napoh, Kubang pasu Asal-usul nama 'Sabah' dipercayai berasal daripada sejenis tanaman iaitu pisang yang dikenali sebagai pisang saba iaitu sejenis buah pisang yang dipanggil "SABBAH " atau "SAPPAH" oleh masyarakat Bajau yang sangat popular dibuat pisang goreng Namun orang selalu ingat dan merasakan kehadiran wayang dalam
PulauPapua juga dilewati oleh garis 0 derajat atau dikenal sebagai garis khatulistiwa. Letak Geografis Pulau Papua. Letak geografis adalah letak suatu daerah berdasarkan posisinya dimuka bumi yang biasanya dibatasi dengan berbagai kenampakan alam tau nama daerah. Letak geografis Pulau Papua meliputi beberapa batas laut dan batas daratnya.
ArabSelatan Kuni. Kerajaan-kerajaan kuno dan sebutan: Saba' Ma īn; Qatabān; Ḥaḑramaut; Awsān; Himyar; Arabia Felix (istilah Romawi digunakan untuk merujuk ke Arab Selatan) Penjajag Pra-Islam: Axum (Abad 3-4, 6) Kekaisaran Sasaniyah (Abad ke 6-7). Dinasti Islam. Umayyah 661-750; Abbasiyah 750-897; Ziyadid 819-1018
jK256y. - Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, yang wilayahnya menjadi bagian dari tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sekitar 73 persen wilayah Pulau Kalimantan adalah bagian dari Indonesia. Dalam bahasa lokal, Kalimantan berarti pulau yang memiliki banyak sungai. Itulah sebabnya, Kalimantan dikenal dengan julukan "pulau seribu sungai". Selain memiliki banyak sungai, Kalimantan juga didiami oleh beberapa suku yang masing-masing masih melestarikan suku apa saja yang ada di Pulau Kalimantan? Baca juga Suku-suku di Pulau Sulawesi Suku Dayak Suku Dayak adalah salah satu kelompok suku asli terbesar dan tertua yang mendiami Pulau hanya itu, penduduk asli Kalimantan ini terdiri atas banyak sub-suku yang masing-masing memiliki keunikan dalam budayanya. Suku Dayak memiliki 268 sub-suku, yang dibagi ke dalam enam rumpun, yaitu Rumpun Punan, Klemantan, Apokayan, Iban, Murut, dan Rumpun Ot Danum. Beberapa sub-suku Dayak adalah Suku Kutai, Bakumpai, Dayak Desa, Bahau, Lun Bawang, Tidung, dan masih banyak lainnya. Dari ratusan sub-suku tersebut, Dayak Punan adalah suku paling tua yang mendiami Pulau Kalimantan. Sedangkan rumpun Dayak lainnya merupakan hasil asimilasi dengan bangsa Melayu. Baca juga Asal-usul Suku Dayak di Kalimantan
Mari kita lihat bangsa keturunan lain di Alkitab yang berperang penting pada pembentukan populasi di Arabia selatan. Bangsa ini adalah keturunan Sem, putra pertama Nuh. Kita baca keterangan akan keturunannya di Kejadian 1022-30 sebagai berikut Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram. Keturunan Aram ialah Us, Hul, Geter dan Mas. Arpakhsad memperanakkan Selah, dan Selah memperanakkan Eber. Bagi Eber lahir dua anak laki-laki; nama yang seorang ialah Peleg, sebab dalam zamannya bumi terbagi, dan nama adiknya ialah Yoktan. Yoktan memperanakkan Almodad, Selef, Hazar-Mawet dan Yerah, Hadoram, Uzal dan Dikla, Obal, Abimael dan Syeba, Ofir, Hawila dan Yobab; itulah semuanya keturunan Yoktan. Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu pegunungan di sebelah timur. Ayat ke-22 menyebut putra² yang menghasilkan semua suku² Semit. Elam adalah ayah dari bangsa Elamit. Asyur adalah ayah dari bangsa Assyria. Lud adalah ayah dari suku² Semit lainnya. Aram adalah ayah dari bangsa Aramea, dan suku² Mesopotamia dan Syria lainnya. Arpakhsad adalah ayah dari berbagai suku Semit, termasuk kaum Yahudi dan juga orang² 180 Islam Ditinjau dari Pengamatan Sejarah [ Mesopotamia dan Arabia selatan. Tokoh yang perlu diperhatikan adalah Yoktan, yang menghasilkan banyak suku, dan sebagian lalu tinggal di Arabia selatan. Alkitab menerangkan tentang suku² keturunan Yoktan Daerah kediaman mereka terbentang dari Mesa ke arah Sefar, yaitu pegunungan di sebelah timur. Dalam Septuaginta kitab suci Yahudi Perjanjian Lama bahasa Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani kuno, Mesa ditulis sebagai Massae. Hal ini menyatakan lokasi suku Massa, salah satu suku Ismael yang hidup di gurun pasir Syro-Mesopotamia, diantara Syria, Yordania, dan Iraq. Terjemahan yang sama menulis Sefar sebagai Sofer. Gunung Sefar di timur disebut banyak sejarawan sebagai Gunung Seir di Edom, [151] terletak di tempat yang sekarang adalah Yordania selatan. Di kitab Bilangan 237, Balaam berkata bahwa Balak membawa dia dari “Gunung² dari Timur.” Kita tahu bahwa Balaam hidup di daerah Edom, dan ini menunjukkan bahwa “Gunung Timur” adalah Gunung Seir di Edom, dan hari ini disebut sebagai “Pegunungan Syarah” di Yordania selatan. Kesimpulannya adalah suku² ini berasal dari Yoktan hidup di gurun pasir Syro-Mesopotamia dan Edom selatan di Trans-Yordania. Hal ini sebelum suku² bergerak ke Teluk Persia, Arabia selatan, timur dan tenggara. [151] James Montgomery, hal. 41 Diantara putra² Yoktan, Hazar-Mawet disebut berhubungan dengan negara Hadramot, yang terletak di Arabia tenggara. Meskipun lokasinya di Arabia tenggara, sepanjang sejarah negara ini terkenal dengan koneksinya pada Teluk Persia. [152] Hal ini menunjukkan bahwa suku ini datang ke Arabia melalui Teluk Persia, lalu menuju ke Arabia tenggara. Suku lain yang berasal dari Yoktan adalah Ofir, yang tinggal di Teluk Persia. Ofir terkenal dengan perdagangannya yang besar dengan India. [153] Suku ini merupakan perantara pusat dagang antara India dan negara² Timur Tengah. Hasil dari Arabia timur adalah emas, dan hasil dari India datang melalui Ofir. Alkitab mengatakan Salomo membuat kapal² laut untuk pergi ke Ofir agar mendapat keuntungan dari perdagangan emasnya. 1 Raja² 926-68 menyatakan [152] Lihat Van den Berg, Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'Archipel indien, Batavia, 1886; dikutip oleh James Montgomery, hal. 81 [153] Wilfred Schoff dalam komentarnya di The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd., 1995, hal. 175 Raja Salomo membuat juga kapal-kapal di Ezion-Geber yang ada di dekat Elot, di tepi Laut Teberau, di tanah Edom. Dengan kapal-kapal itu Hiram mengirim anak buahnya, yaitu anak-anak kapal yang tahu tentang laut, menyertai anak buah Salomo. Mereka sampai ke Ofir dan dari sana mereka mengambil empat ratus dua puluh talenta emas, yang mereka bawa kepada raja Salomo. 1 Raja² 1011 menyatakan Lagipula kapal-kapal Hiram, yang mengangkut emas dari Ofir, membawa dari Ofir sangat banyak kayu cendana dan batu permata yang mahal-mahal. 181 Islam Ditinjau dari Pengamatan Sejarah [ Bangsa Funisia terkenal sebagai pedagang² besar antara Teluk Persia dan negara² Mediterania. Salah satu alasannya adalah karena negara² Teluk merupakan tanah asli mereka sebelum berimigrasi ke Lebanon. Sejarah menunjukkan bahwa daerah Karmania di Iran, yang berhadapan dengan daerah Arabia di Teluk Persia, kaya akan emas. Pliny menjelaskan fakta ini dalam tulisannya, menyebut emas dengan nama “emas apiron.” [154] Juga komandan angkatan laut Alexander Agung, yakni Onesikritus, menyatakan tentang emas yang datang dari Karmania. [155] Hal ini menjelaskan bahwa Ofir terletak dekat Karmania, tapi berseberangan dengan bagian Teluk milik Arabia. Keterangan ini membenarkan adanya perdagangan emas Ofir di sepanjang sejarah kuno. [154] Pliny 1111 [155] Wilfred Schoff dalam komentarnya tentang The Periplus of the Erythraean Sea, hal. 161 Para sejarawan beranggapan bahwa Yerah adalah Yerakon Kome, yang disinggung Ptolemius tentang Dhofar selatan di Arabia tenggara. [156] Diklah tampaknya adalah Dilmu, suku yang menghuni Bahrain di Teluk Persia. Dilmu terkenal telah ada sejak 3000 SM. Umumnya, kita lihat suku² ini bergerak dari gurun pasir Syro-Mesopotamia dan Yordania selatan ke arah Teluk Persia dan akhirnya tinggal di Arabia timur dan tenggara. [156] Dikutip oleh Wilfred, hal. 107 Putra Yoktan lain yang juga disebut adalah Syeba. Dia bukanlah Saba yang tinggal di Yaman. Dari pengetahuan keturunan Ham, Syeba dari Yaman berasal dari Kush, dan lalu jadi suku dominan di Ethiopia. Syeba masuk ke Yaman melalui celah Bab al-Mandub. Sekarang kita berhubungan dengan suku² yang awalnya tinggal di gurun pasir Syro-Mesopotamia. Sebagian dari mereka berimigrasi secara perlahan ke daerah Teluk, tapi yang lain tetap tinggal di Syro-Mesopotamia. Syeba – mewakili nama suku, dan bukan hanya nama putra Yoktan – tampaknya adalah suku nomadis yang hidup di gurun Syro-Mesopotamia. Meskipun Arabia barat tengah lebih dekat ke tempat di mana Musa hidup daripada bagian lain Arabia, baik Mekah maupun suku² yang katanya hidup di Mekah sejak jaman Abraham, tidak ditulis oleh Musa dalam daftar nama² suku Arabia. Kita telah mempelajari keterangan Alkitab tentang bagaimana Arabia pertama kali dihuni. Awalnya yang dihuni adalah bagian baratdaya, yakni Yaman, melalui suku² keturunan Kush, putra Ham. Daerah Arabia timur dan tenggara dihuni oleh para putra Yoktan, dari keturunan Sem. Kita lihat bagaimana Alkitab menyebut berbagai tempat dan nama suku² dan negara² Arabia, yang merupakan keturunan dari Ham dan Sem, dan yang hidup di masa Musa di abad ke-16 SM. Meksipun begitu, di seluruh dokumentasi, tak ada yang menyebut Mekah, atau suku² yang katanya sudah hidup di jaman Abraham di Mekah, padahal letak Mekah lebih dekat ke Palestina daripada ke tempat lain atau negara² lain yang disebut sebagai keturunan dua putra Nuh, yakni Syem dan Ham. Kita tahu bahwa dari putra Nuh ketiga, yakni Yafet, muncullah suku² yang hidup di Asia dan Eropa. Jika Mekah sudah ada di jaman Musa, atau jika suku Jurhum telah ada di Mekah sejak jaman Abraham seperti yang dinyatakan Islam, maka Mekah tentu merupakan kota pertama yang disebut silsilah keturunannya dalam kitab Kejadian. Kitab Kejadian telah menyebut silsilah semua bangsa dan suku di Timur Tengah, dari yang besar sampai kecil. Kitab ini juga menyebut berbagai suku yang pergi ke daerah lain seperti Eropa, 182 Islam Ditinjau dari Pengamatan Sejarah [ Afrika, dan Asia. Kita bisa menduga bahwa Musa kurang tertarik dalam membahas suku² di luar Israel, dan lebih membahas silsilah keturunan dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya, seperti Arabia barat tengah, di mana Mekah nantinya dibangun. Meskipun begitu, dari seluruh tulisannya, tak satu pun ada keterangan tentang Mekah. Karena Alkitab merupakan sumber terpercaya akan sejarah kuno, terutama tentang berbagai suku, negara, dan tempat yang merupakan keturunan dari Nuh, maka Alkitab merupakan bukti lain bahwa Mekah tidak pernah ada di milenia ke-2 dan 1 SM. Fakta ini penting untuk mengerti tentang Islam. Jika suatu agama ingin dipercaya, maka agama itu harus dibangun di atas informasi yang tepat.
Daftar Isi Tingkatan Gelar Bangsawan Suku Bugis-Makassar 1. Ana'Karaeng 2. Tumaradeka 3. Ata Gelar Bangsawan Bugis dan Makassar 1. Andi 2. Petta 3. Datu 4. Bau 5. Daeng 6. Karaeng 7. Kare 8. Puang 9. Arung 10. Iye 11. I dan La 12. Opu 13. Sombaya Makassar - Masyarakat suku Bugis dan Makassar yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan Sulsel dikenal dengan keragaman budayanya yang masih sangat terjaga hingga kini. Salah satu budaya suku Bugis-Makassar yang menonjol yaitu penggunaan gelar contoh gelar bangsawan seperti 'Andi' atau 'Daeng' mungkin sudah cukup familiar bagi banyak orang. Selain dua gelar tersebut, rupanya masih banyak gelar bangsawan lainnya di bangsawan bagi suku Bugis-Makassar merupakan penggolongan berdasarkan tingkat strata sosial dalam masyarakat. Gelar yang diberikan tidak sembarangan karena harus berdasarkan silsilah keturunan. Dikutip dari jurnal Balai Arkeologi Sulawesi Selatan yang berjudul 'Refleksi Stratifikasi Sosial Masyarakat Bugis pada Situs Kompleks Makam Kalokkoe Watu Soppeng', konsep strata sosial masyarakat suku Bugis-Makassar di Sulsel muncul sejak kedatangan To Manurung. Dimulai dengan turunnya Tomboro Langi di puncak Gunung Latimojong yang menyebut dirinya sebagai raja yang diutus dari langit untuk memimpin umat manusia di periode selanjutnya, ketika masyarakat terlilit kesulitan, To Manurung kembali muncul sebagai Batara Guru di Luwu. Kemudian pada abad ke-14, To Manurung lain kembali bermunculan dan menyebar di seluruh daerah Sulsel dalam rentan waktu yang hampir berakhirnya masa To Manurung, raja dipilih dari kasta tertinggi ana'karaeng yang berasal dari keturunan To Manurung. Sejak saat itu, muncullah stratifikasi sosial yang membentuk masyarakat kelas atas pada suku Bugis contoh gelar kebangsawanan yang dipakai saat itu seperti Andi, Daeng, Karaeng dan lain sebagainya. Gelar-gelar tersebut hingga saat ini masih berlaku dan banyak digunakan oleh masyarakat Suku Bugis-Makassar dari keturunan dari jurnal Universitas Negeri Makassar yang berjudul 'Reduksi Peran Golongan Bangsawan Bugis dalam Kehidupan Sosial di Desa Sanrego Kecamatan Kahu Kabupaten Bone', penggolongan atau stratifikasi masyarakat suku Bugis-Makassar di Sulsel terdiri atas tiga tingkatan, yaitu1. Ana'KaraengAna'karaeng adalah kasta tertinggi dalam stratifikasi masyarakat suku Bugis-Makassar. Tingkatan ini meliputi kerabat raja-raja yang menguasai sistem ekonomi dan pemerintahan atau dikenal oleh keluarga TumaradekaTumaradeka adalah kasta tingkat kedua dalam sistem masyarakat suku Bugis-Makassar. Orang-orang tersebut mayoritas masyarakat Sulsel yang merdeka atau tidak AtaAta merupakan kasta terendah dalam strata sosial masyarakat suku Bugis-Makassar. Tingkat ketiga ini terdiri dari budak atau orang-orang yang diperintah karena terlilit utang, melanggar pantangan adat, dan lain Bangsawan Bugis dan MakassarGelar bangsawan dalam suku Bugis-Makassar dipakai oleh mereka yang berada pada kasta tertinggi dalam stratifikasi sosial masyarakat, yaitu Ana'karaeng. Gelar-gelar tersebut merupakan hal yang sakral karena merupakan penentu status sosial dalam kehidupan gelar bangsawan masyarakat suku Bugis ini berbeda-beda di setiap daerah. Umumnya, gelar bangsawan yang digunakan menggambarkan silsilah keturunan atau asal daerah seseorang. Namun, ada juga beberapa gelar bangsawan yang digunakan secara umum oleh masyarakat di telah merangkum gelar-gelar bangsawan masyarakat Bugis dan Makassar dari berbagai sumber. Simak selengkapnya berikut AndiDikutip dari jurnal Universitas Muhammadiyah Makassar yang berjudul 'Bangsawan di Tanah Adat Studi Kasus Perubahan Nilai Sosial pada Bangsawan di Desa Bulu Tanah Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone', gelar Andi merupakan sebutan untuk alur kebangsawanan yang diwariskan dari hasil genetis atau garis keturunan Lapatau Raja Bone ke-16, pasca Bugis merdeka dari Gowa. Gelar ini merupakan tingkatan tertinggi dalam masyarakat Andi mulai dipakai pada 24 Januari 1713 sebagai perpanjangan keturunan Lapatau. Keturunannya ini berasal dari perkawinan dengan putri raja dari Bone, Luwu, Gowa, Wajo dan putri sultan Hasanuddin hingga sampai keturunan anak dan itu, versi yang hampir sama menyebutkan bahwa gelar Andi pertama kali digunakan oleh Raja bone yang ke-30 dan ke-32 yaitu La Mappanyukki. Nama tersebut disematkan di namanya pada tahun 1930 atas pengaruh dari pelabelan nama Andi yaitu untuk menandai bangsawan yang berada di pihak belanda. Melihat dari keuntungan dan kemudahan ketika ketika memakai gelar Andi di depan namanya, maka para raja serentak menggunakan gelar Andi ini rupanya tidak hanya dipakai oleh masyarakat suku Bugis. Gelar ini juga cukup lumrah digunakan oleh kaum bangsawan suku PettaPetta merupakan gelar tambahan bagi bangsawan bergelar Andi yang telah menikah. Penambahan gelar Petta ini dilakukan secara seseorang dari golongan Andi yaitu Andi Anwar menikah. Maka setelah menikah nama Andi Anwar akan berubah menjadi Andi Anwar Petta dari jurnal Muhammadiyah Makassar yang berjudul 'Transformasi NilaI-Nilai Gelar Kebangsawanan Masyarakat Bugis Kelurahan Wiringpalennae Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo' disebutkan bahwa Petta merupakan gelar bagi bangsawan lapisan Ana'karaeng. Hanya saja darah bangsawannya sudah tak kental atau memudar karena perkawinan tak bangsawan tinggi maupun menengah ketika menikah dengan perempuan dari golongan masyarakat biasa maka darah bangsawannya akan kabur. Dalam masyarakat bugis dikenal istilah 'Malawi'.3. DatuDatu merupakan gelar bangsawan tertinggi dalam masyarakat Wajo. Gelar ini disematkan pada nama seseorang yang memang berasal dari lapisan Ana'mattola, yaitu anak yang telah dipersiapkan menjadi raja dalam Datu bagi seorang Ana'mattoala hanya biasa dipakai ketika ayahnya sebagai seorang raja telah meninggal atau turun tahta. Namun, jika raja memiliki anak lebih dari satu maka hanya satu yang bisa dipilih dan dipersiapkan sebagai BauGelar Bau merupakan gelar yang dipakai untuk seseorang yang dianggap tinggi derajatnya dari bangsawan biasa. Gelar ini juga kerap digunakan sebagai pengganti istilah historis, gelar bau merupakan bentuk pengaruh dari Kerajaan Melayu yang banyak menggunakan istilah yang sama dalam kerajaannya. Arti 'Bau' itu sendiri secara harfiah adalah 'harum' atau 'yang diharumkan'.Bagi masyarakat Wajo, gelar bangsawan ini hanya bisa digunakan oleh anak raja atau lapisan anak sangaji hasil perkawinan anak raja Bugis dan Makassar. Oleh karena itu, gelar Bau juga kerap digunakan oleh masyarakat DaengDikutip dari jurnal Universitas Airlangga yang berjudul 'Makna Daeng Dalam Kebudayaan Suku Makassar', gelar Daeng merupakan panggilan terhadap orang-orang yang dianggap dari keluarga bangsawan oleh masyarakat Bugis-Makassar. Gelar ini seyogyanya ditujukan pada orang-orang dengan stratifikasi sosial kebudayaan suku Makassar, gelar Daeng memiliki makna yang beragam. Daeng dapat dimaknai sebagai nama yang diberikan orang tua kepada anaknya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah, serta wujud doa dan harapan agar anak-anaknya kedepan bisa menjadi pribadi yang Daeng juga ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kelebihan atau prestasi dalam kehidupan sosial masyarakat. Selain itu, juga ditujukan bagi keluarga bangsawan, orang-orang yang dihormati atau KaraengDikutip dari jurnal Universitas Alauddin Makassar yang berjudul 'Gelar Karaeng di Kabupaten Jeneponto', sebelum tahun 1945, Karaeng dikenal sebagai orang yang terpandang dalam kalangan masyarakat Makassar. Karaeng merupakan sebutan bagi seseorang yang memimpin dan memerintah suatu wilayah atau penamaan Karaeng digunakan untuk raja lokal, maka muncullah gelar Karaeng ini sebagai strata sosial. Penggunaan nama ini hanya diperuntukkan bagi keturunan dari Tomanurung sehingga penggunaan Karaeng dilihat dari aspek faktor keturunan, hanya laki-laki atau yang dapat mewariskan gelar Karaeng kepada anak-anaknya. Dengan demikian, apabila seorang perempuan yang berdarah Karaeng menikah dengan orang biasa, maka dia tidak biasa mewariskan gelar bangsawan KareKare merupakan gelar untuk pemimpin kerajaan lokal sebelum dikenal istilah Karaeng. Munculnya gelar ini menjadi awal terbentuknya pemerintahan kerajaan yang disebut Kekaraeng-ang dan dijadikan sebagai strata sosial diberi kekuasaan oleh oleh Raja Gowa Sombayya Ri Gowa untuk mengatur pemerintahan di Butta Turatea, kini dikenal Jeneponto. Kare pertama yang ditunjuk di Turatea pada saat itu adalah Indra PuangDikutip dari jurnal Universitas Borneo Tarakan yang berjudul 'Strata Sosial Gelar Adat Suku Bugis Pattinjo di Kalimantan Utara Kajian Sosiolinguistik', Puang adalah gelar tertinggi sebelum adanya kedudukan raja dalam adat. Kemunculan gelar ini pun tidak terlepas dari sejarah Puang berasal dari peristiwa sekelompok masyarakat yang saling membunuh. Dari peristiwa tersebut muncullah seseorang yang menjadi penengah dalam pertikaian ArungArung adalah seseorang yang memegang jabatan dalam pemerintahan adat. Jabatan yang dimaksud yaitu raja, sehingga Arung disamakan dengan yang menjabat sebagai raja harus berasal dari keluarga Puang. Sehingga seorang Arung dalam masa kerajaannya juga biasa disebut IyeIye merupakan gelar bagi orang yang mempunyai keturunan yang bergelar raja. Turunan darahnya tergolong jauh namun masih dalam silsilah keturunan raja keturunan raja yang disandang hanya berasal dari salah satu pihak keluarga. Seperti keturunan raja dari salah satu orang tua atau nenek I dan LaDikutip dari buku yang berjudul 'Sejarah Kebudayaan Sulawesi' dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 'I' dan 'La' merupakan gelar kebangsawanan yang sejak dahulu digunakan masyarakat bangsawan memiliki makna yang sama, namun yang menjadi pembeda antara keduanya yaitu suku yang menggunakannya. Gelar 'I' kerap dipakai oleh masyarakat Makassar sedangkan gelar 'La' dipakai oleh masyarakat suku kata 'I' dan 'La' dalam Galigo memberikan makna kepemilikan orang Bugis-Makassar terhadap kesusastraan tersebut. Berdasarkan penetapan bangsa Portugis kala itu, wilayah Bugis berada pada Sulawesi bagian tengah sedangkan Makassar berada di Sulawesi bagian OpuDikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan Yogyakarta, gelar Opu bagi masyarakat Luwu adalah sebuah titulatur kebangsawanan yang diberikan kepada seseorang yang telah menikah. Secara struktur, Opu telah menduduki jabatan dalam birokrasi yang bergelar bangsawan ini akan mendapatkan tempat tersendiri dalam masyarakat seperti para bangsawan tinggi lainnya. Dengan demikian, dengan gelar Opu yang disandang, maka seseorang akan menempati kedudukan yang terhormat di SombayaDikutip dari Jurnal Universitas Hasanuddin yang berjudul 'Perlawanan Masyarakat Adat Terhadap Pemerintah Kabupaten Gowa', sombayya adalah julukan raja yang memerintah kerajaan Gowa. Gelar ini hanya untuk orang yang berasal dari keturunan raja dan menduduki posisi tertinggi dalam pemerintahan Gowa. Sombaya sendiri dalam bahasa Makassar berarti raja yang disembah. Di Sulawesi Selatan, dikenal sebutan Sombaya Ri Gowa yang artinya yang disembah di itulah tadi ulasan lengkap mengenai gelar-gelar kebangsawanan yang digunakan suku Bugis-Makassar. Semoga bermanfaat! Simak Video "Diduga Depresi, Pria di Makassar Sandera-Ancam Bunuh Bayinya" [GambasVideo 20detik] urw/ata
Jakarta - Jika membicarakan suku yang berasal dari Sulawesi Selatan, hampir semua orang pasti menjawab suku Bugis atau suku Makassar. Namun, ada juga kelompok masyarakat yang disebut sebagai suku suku Selayar, sering kali lebih dikenal dengan sub-suku Makassar, atau suku Bugis-Selayar. Namun, beberapa peneliti ada yang menyebut suku ini sebagai suku secara budaya suku Selayar mirip dengan budaya suku Makassar dan suku Bugis. Dilihat dari cara hidup, adat istiadat, adat pernikahan, dan belakangan ini muncul keinginan masyarakat Selayar untuk lepas dari bayang-bayang suku Bugis dan begitu, dari segi rumpun dan asal usul, kemungkinan besar suku Selayar memiliki sejarah nenek moyang yang sama dengan suku Bugis dan suku sendiri, sebenarnya merupakan nama sebuah pulau. Pulau ini memanjang dari utara ke selatan. Bagian utara berbatasan dengan selat Selayar, sedangkan bagian timur, barat, dan selatannya berbatasan dengan laut Flores. Konon, penamaan Selayar berasal dari kata "Salah layar", yang diberikan saat Sultan Ternate berlayar dan perahunya terdampar di suatu pulau karang. Ketika terdampar itulah, ia selalu menyebutkan "Salah layar". Dari penyebutan tadi, pulau ini akhirnya diberi nama "Salah Layar" dan lama-kelamaan penyebutannya menjadi Selayar. Ada juga versi lain yang mengatakan bahwa Selayar berasal dari kata "Se" yang artinya sebuah atau satu, dan kata "Layar". Jadi, versi ini mengatakan bahwa awal mula penamaan Selayar, mungkin berasal dari orang Makassar atau Melayu yang berlayar menggunakan perahu satu layar dan satu tiang pada saat menemukan pulau itu. Kosa kata ini dikenal juga dalam berbagai bahasa. Misalnya orang Makassar menyebut Silayara, orang Selayar menyebutnya Silajara, sedangkan orang Bugis menyebutnya Silajak. Selayar merupakan wilayah strategis dalam pelayaran yang mengundang perhatian berbagai kerajaan. Contohnya seperti Kerajaan Majapahit yang memanfaatkan Selayar dalam pelayaran niaga bagian Indonesia Timur demi kepentingan politik nusantara pada zaman Hayam Wuruk di tahun 1350 sampai buku Nusa Selayar Sejarah & Kebudayaan Masyarakat di Kawasan Timur Nusantara karya Ahmadin, sumber mengenai asal usul masyarakat Selayar masih sangat luas dan catatan sejarah dan temuan arkeologi, diketahui bahwa daratan Sulawesi Selatan masih menyatu dengan Kepulauan Selayar pada zaman ada kemungkinan manusia purba yang hidup di daratan Sulawesi Selatan pada saat itu pergi menetap ke hal ini benar, maka ada kemungkinan nenek moyang orang Selayar berasal dari manusia purba penghuni Leang Codong di Soppeng, Leang Bola Batu di Bone, Leang Karrasa di Maros, atau Leang Batu Ejaya di usul suku Selayar memang belum dapat dipastikan karena banyak suku berbeda yang menetap di pulau Selayar. Seperti orang Melayu, Buton, Bugis, Bajo, dan lain-lain yang menamakan diri mereka sebagai masyarakat orang Selayar merupakan keturunan dari berbagai etnik dan suku bangsa yang berbahasa Selayar Makassar dialek Konjo. Mereka termasuk orang-orang yang masih menetap maupun yang sudah meninggalkan Pulau Sosial dan Budaya Masyarakat Suku SelayarAda beberapa karakteristik budaya yang dianut oleh masyarakat suku Selayar. Diantaranya yaitu stratifikasi sosial, sistem kekerabatan, alam religi dan mitologi, dan bahasa serta sosial suku Selayar secara umum, adalah bagian dari sistem pelapisan sosial pada masyarakat Bugis-Makassar. Secara historis, masyarakat Selayar sudah lama mengenal stratifikasi sosial berdasarkan keturunan seperti Opu atau Karaeng keluarga karaeng, Panrita cendekiawan tradisional, Ata atau Pasompo-sompo poke keturunan pengawal opu atau karaeng yang bersenjatakan poke atau tombak.Selanjutnya, sistem kekerabatan yang berlaku di Selayar adalah sistem bilateral parental. Oleh karena itu, hubungan kekeluargaan seseorang dapat ditelusuri melalui dua jalur, yakni melalui hubungan dari garis keturunan ayah maupun dari ada mitologi dan kepercayaan yang dianut masyarakat suku Selayar. Hingga kini, masih banyak yang percaya pada dunia ghaib, roh halus, dan kekuatan sakti menunjukkan bahwa masyarakat suku Selayar bersifat sinkretis, yaitu ajaran Islam bercampur dengan kepercayaan kebiasaan membakar dupa atau kemenyan, menyiapkan sesajen, dan bunga-bunga di pelaksanaan upacara keagamaan kepercayaan ritual tadi, kalangan masyarakat Selayar juga percaya kepada Sareng kekuatan nasib yang sangat berpengaruh di kehidupan salah satu budaya suku Selayar yang menarik adalah pesan kultural bernama kapalli'. Kapalli' berarti pantang atau larangan, artinya jika dilakukan akan menjadi hal buruk bagi si pelanggar. Beberapa Kapalli' dalam suku Selayar diantaranya yaitu assalla menghina orang lain, attolong ri babaang duduk di depan pintu, muliang sa'ra' allo pulang saat Magrib, bonting sampu' sikali menikah dengan sepupu satu kali, ta'mea menteng kencing berdiri, akkanai bicara kotor, dan masih banyak lagi. Dari segi bahasa, suku Selayar memiliki bahasa tersendiri yaitu bahasa Selayar berbeda dari Bahasa Makassar dan Bugis. Meskipun beberapa kosa kata dalam bahasa Selayar sama dengan bahasa Makassar dan bahasa Bugis, tetapi pengucapan dan intonasinya sangat Selayar diketahui memiliki hubungan dengan bahasa Konjo Pesisir yang dipakai di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi suku Selayar juga memiliki sejumlah kesenian khas daerah. Contohnya Batti-batti yang biasa digelar oleh kaum muda-mudi tak terkecuali kaum tua dengan cara berpantun dan ada Pa'palari atau Abbaiang, jenis permainan rakyat yang dilakukan seorang pria dengan menunggangi kuda dan membonceng seorang juga tari Pahruppai, tarian yang dibawakan untuk menyambut dan menghormati tamu-tamu agung yang datang ke daerah Selayar. Tarian yang dimainkan oleh tujuh orang ini melukiskan kerendahan hati dan kesederhanaan masyarakat ada Didek yaitu sejenis lagu yang syairnya menyerupai pantun dengan ragam makna yang apakah detikers berminat mengunjungi masyarakat suku Selayar yang berasal dari Sulawesi Selatan? Simak Video "Diduga Depresi, Pria di Makassar Sandera-Ancam Bunuh Bayinya" [GambasVideo 20detik] lus/lus
Jakarta - Jumlah suku bangsa di Indonesia mencapai belasan ribu. Masing-masing suku memiliki ciri khasnya Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya data yang diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik BPS dalam kode data SP2010 tersedia 1331 kategori suku di Indonesia. Jumlah 1331 merupakan kode untuk nama suku, nama lain/alias suatu suku, nama sub suku, dan nama sub dari sub sekian banyak suku bangsa, detikEdu akan membahas beberapa di antaranya berdasarkan pulaunya. Merangkum dari buku IPS Terpadu tulisan Nana Supriatna, Mamat Ruhimat dan Kosim, berikut Pulau Sumateraa. Suku AcehAceh merupakan wilayah yang pertama kali dimasuki ajaran Islam, oleh karenanya daerah ini memiliki sebutan Serambi Mekah. Suku bangsa Aceh terdiri atas Gayo dan Aceh itu Suku BatakSuku Batak mendiami wilaya Sumatera Utara dan terbagi atas Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola, dan Batak budaya Batak yakni adanya marga. Biasanya, marga orang Batak terlihat dari nama yang digunakannya, seperti Akbar Tanjung berarti bermarga Tanjung atau Abdul Haris Nasution berarti bermarga Nasution.c. Suku MinangkabauSuku Minangkabau menempati wilayah Provinsi Sumatera Barat dan sering disebut suku bangsa Padang. Karakteristik dari tata kehidupan sosial budaya suku Minang terlihat dari bentuk rumah penduduknya yang dinamakan Rumah Pulau Jawaa. Suku BetawiSuku Betawi menempati wilayah DKI Jakarta dan merupakan penduduk asli daerah tersebut. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Betawi dengan dialek yang dipengaruhi budaya Cina, Arab, dan Suku SundaSelanjutnya ialah suku Sunda. Suku ini menempati hampir seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda terbagi menjadi dua, yaitu Sunda Priangan dan Sunda khas dari suku Sunda dapat dilihat dari bahasa, bentuk rumah, sistem kekerabatan dan kesenian. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Suku JawaSuku Jawa mendiami wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa yang digunakan ialah bahasa Jawa dengan beberapa macam dialek seperti dialek Semarang, Surakarta, dan pencaharian masyarakat suku Jawa cukup bervariatif, mulai dari bertani, industri, hingga sektor Pulau KalimantanDi Kalimantan, suku bangsa yang utama ialah Dayak. Penduduknya menggunakan bahasa Dayak, mereka terkenal sebagai pengayam kulit rotan. Hasil kerajinan suku Dayak banyak tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti tikar, keranjang, dan Pulau BaliSesuai dengan nama pulaunya, suku Bali menempati Pulau Bali. Tata budaya masyarakat suku Bali banyak diwarnai oleh pengaruh budaya Hindu dan Bali mengenal sistem kasta, sebuah sistem yang dianut oleh mereka yang memeluk agama Hindu. Kasta tertinggi ke terendah terdiri atas Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Papuaa. Suku AsmatSuku Asmat merupakan suku yang menetap di Papua bagian selatan. Mereka terkenal dengan keuletannya membuat ukiran patung. Seni tersebut cukup terkenal di kalangan wisatawan domestik maupun Asmat banyak tinggal di rumah-rumah panggung yang dinamakan tysem. Pemimpin suku Asmat dianggap sederajat dengan warga-warga lain, namun ia harus lebih pandai dan ahli dalam suatu aktivitas Suku DaniSuku Dani banyak mendiami di wilayah Pegunungan Jaya Wijaya. Suku ini memiliki tradisi unik yang disebut Bakar Suku ArfakSuku lainnya yang ada di Papua ialah suku Arfak. Suku bangsa tersebut banyak menetap di Anggi Kepulauan Malukua. Suku AmbonSuku Ambon mendiami Provinsi Maluku. Suku ini dikenal aktif melaut karena kondisi geografis di wilayah Maluku berupa khas suku Ambon adalah penggunaan alat musik tifa. Tifa mirip dengan gendang yang dimainkan dengan cara Suku TernateSuku Ternate banyak menetap di wilayah Pulau Ternate, Pulau Obi atau Pulau Bacan. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani atau Sulawesia. Suku MinahasaSuku ini cukup terkenal dan mendapat sebutan orang Manado. Suku Minahasa mendiami seluruh wilayah Sulawesi bagian Suku TorajaSuku Toraja banyak ditemukan di wilayah Sulawesi Selatan. Suku tersebut terkenal budayanya yang menyimpan jenazah di dalam gua-gua Suku BugisDi Pulau Sulawesi terdapat suku Bugis yang jumlah populasinya 2,7% dari populasi Indonesia. Suku Bugis mendiami provinsi Sulawesi Selatan. Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] aeb/nwk
suku arabia selatan dikenal dengan nama